Sejarah Nabi Muhammad SAW
Lagi-lagi
sebuah sejarah dilupakan, seakan-akan mereka tidak pernah tahu atau mungkin
tidak mau tahu, ini adalah sejarah yang tak boleh dilupakan, karena inilah
sebab awal penciptaan dan akhir penciptaan, ia bermula 14 abad yang lalu di
sebuah kota kecil, sebuah kota yang panas dan tandus yang dipenuhi dengan
penyembahan terhadap kayu-kayu dan batu-batu yang tak dapat berbuat apa-apa dan
juga disana terdapat sebuah kotak hitam yang dikelilingi oleh
“berhala-berhala†yang sekarang telah berubah wujud tapi memiliki wujud
“berhala†yang sama. Sungguh tak terpikirkan betapa bodoh manusia zaman
itu, ialah sebuah jazirah yang disebut jazirah Arabia, perbuatan buruk dan
haram, perampokan, pembunuhan bayi,minum-minuman keras, yang memusnahkan segala
kebajikan dan moral menempatkan masyarakat jazirah Arabia ini dalam situasi
kemerosotan yang luar biasa. Mereka terpecah-pecah menjadi kabilah-kabilah
(bani/kaum).
I. Kelahiran Sang Nabi
Pada saat yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang pada malam yang
gelap gulita, sinarnya semakin terang membuat malam menjadi terang benderang,
ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar biasa, bahkan
matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah
maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia
adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad, menurut sejarawan
bintang ini tepat terlahir tanggal 17 Rabi’ul Awwal (12 Rabi’ul awwal
menurut mazhab sunni) 570 M, bintang ini tak pernah padam walaupun 14 abad
setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin terang, dari bintang
ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi hujjah bagi
bintang-bintang yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya. Ia memiliki
silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara Tauhid melalui anaknya Ismail
AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara dari
perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Ia begitu suci sehingga Tuhan
memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam, karena
cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah
rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup
memikulnya.
Peristiwa
kelahiran sang bintang dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa,
dimulai dengan peristiwa padamnya api “abadi†di
kerajaan Persia, hancurnya sesembahan batu di sana, dan penyerangan pasukan
bergajah untuk menghancurkan Ka’bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat
baginya dan ummatnya sampai akhir zaman, namun tentara yang besar ini
dihancurkan oleh burung-burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat
(Ka’bah), karenanya tahun ini dinamakan tahun Gajah. Sudah menjadi tradisi
kelahiran manusia luar biasa harus juga didahului peristiwa yang luar biasa.
Muhammad namanya, ayahnya bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang
tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Jawara Tauhid
(Ibrahim AS). Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa nur Muhammad dan
“meletakkannya†ke dalam rahim Aminah,
Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia
besar. Setelah lama kepergian sang suami, sang isteri merasakan kesepian yang
amat dalam, walaupun suaminya selalu berkirim surat. Namun pada saat lain surat
tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia melihat rombongan dagang
suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut karena tak dilihatnya suaminya,
datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan berita kepada
Aminah, mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata – kata ini kepada wanita
ini, ia tidak sanggup mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang
suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di abwa.
Begitu
goncang hatinnya mendengarkan hal ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia
menangis menahan sedih dan tak makan beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam
mimpinya seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam
janinnya dengan baik – baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita
tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa as). Dalam mimpinya
sang wanita mulia ini berkata : “Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan
menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik – baik hingga
kelahirannya.
Saat
ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain – 17
tahun), sang bintang kita ini sedang berada dalam kandungan ibunya, beberapa
tahun kemudian Bunda Sang bintang menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa
juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum
lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya
ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang
kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, seorang putra
Abdul Mutholib yang pertama menyatakan keimanannya kepada kemenakannya sendiri
(Muhammad). Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh Ilahi untuk memiliki
profesi sebagai seorang gembala, melalui profesi ini beliau mengarungi beberapa
waktu kehidupannya untuk menjadi “gembala†domba yang lebih besar, inilah
pilihan Ilahi yang memilihkan baginya sebuah jalan dimana hal ini penting bagi
orang yang akan berjuang melawan orang-orang hina yang berpikiran sampai
menyembah aneka batu dan pohon, ilahi menjadikannya kuat sehingga tidak
menyerah kepada apapun kecuali keputusan-Nya. Ada penulis sirah yang mengutip
kalimat Nabi berikut ini, “ Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh
jabatan kerasulan.†Orang bertanya kepada Nabi,†Apakah Anda juga pernah
menjadi gembala?†Beliau menjawab,†Ya. Selama beberapa waktu saya
menggembalakan domba orang Mekah di daerah Qararit.â€
Sang bintang terlahir bukan dari kalangan orang yang teramat kaya, belum
lagi ia dilahirkan sebagai seorang yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di
masa kecil sebagai tempat bernaung, apa yang dapat dikatakan oleh anak kecil
yang telah kehilangan kedua orang tuanya sedangkan dia sendiri masih
membutuhkan naungan kedua orang tua dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke
jazirah Arabia lebih jauh lagi, kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan
Muhammad terbilang cukup sulit. Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya,
keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai
“orang jujurâ€
(al-Amin), ia menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya dan
Khodijah memberikan dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang
lain. Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak,
kafilah tiba di tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba
yang diperoleh Nabi lebih banyak ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah.
Dalam perjalanan, Sang bintang melewati negeri ‘Ad dan Tsamud. Keheningan
kematian yang menimpa kaum pembangkang itu mengundang perhatian sang bintang.
Kafilah mendekati Mekah, Maisarah, berkata kepada sang Bintang,
“Alangkah baiknya jika Anda memasuki Mekah mendahului kami dan mengabarkan
kepada Khodijah tentang perdagangan dan keuntungan besar yang kita dapatkan.†Nabi tiba di Mekah ketika
Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke
ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang
dagangan. Maisarah menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan
dan perdagangan. Maisarah menceritakan “Di Busra, Al-Amin duduk di bawah
pohon untuk istirahat. Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya,
kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian
ia berkata, ‘Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang
tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada
Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan, “Orang yang
memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa Arab.
II. Pernikahan
Kebanyakan sejarawan percaya
bahwa yang menyampaikan lamaran Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti
‘Aliyah sebagai berikut:
“Wahai Muhammad! Katakan
terus terang, apa sesungguhnya yang menjadi penghalang bagimu untuk memasuki
kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu sudah cukup dewasa!†Apakah anda akan menyambut
dengan senang hati jika saya mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan,
keanggunan, dan kehormatan ?†Nabi menjawab,â€Apa maksud Anda?†Ia lalu menyebut Khodijah.
Nabi lalu berkata,†Apakah Khodijah siap untuk itu, padahal dunia saya dan dunianya jauh
berbeda?â€
Nafsiah berujar “Saya mendapat kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia
setuju. Anda perlu menetapkan tanggal perkawinan agar walinya (‘Amar bin
Asad) dapat mendampingi Anda beserta handai tolan Anda, dan upacara perkawinan
dan perayaan dapat diselenggarakan".
Kemudian Muhammad
membicarakan hal ini kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung
pun diselenggarakan, sang paman yang mulia ini menyampaikan pidato,
mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan. Tentang keponakannya, ia berkata
demikian, “Keponakan saya Muhammad bin ‘Abdullah lebih utama daripada
siapapun di kalangan Quraisy. Kendati tidak berharta, kekayaan adalah bayangan
yang berlalu, tetapi asal usul dan silsilah adalah permanen".
Waraqah, paman Khodijah,
tampil dan mengatakan sambutannya, “Tak ada orang Quraisy yang membantah
kelebihan Anda. Kami sangat ingin memegang tali kebangsawanan Anda.†Upacara pun dilaksanakan.
Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor unta.
Sang bintang sekarang mulai
dewasa, ia mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan
ini Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang
dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing
Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal
sebelum Muhammad diutus menjadi Rosul.
Ketika umur sang bintang
mulai menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Ka’bah.
Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan. Dinding ka’bah
mengalami kerusakan. Orang Quraisy memutuskan untuk membangun Ka’bah tapi
takut membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis,
meruntuhkan dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang
Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi
sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa tindakannya telah mendapatkan
persetujuan Dewa. Mereka semua lalu ikut bergabung meruntuhkan bangunan itu.
Pada saat pembangunan kembali ka’bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai
berikut, “Dalam pembangunan kembali Ka’bah, yang dinafkahkan hanyalah
kekayaan yang diperoleh secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram
atau melalui suap dan pemerasan, tak boleh dibelanjakan untuk tujuan ini.†Terlihat bahwa ini adalah
ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh secara
tidak halal, tetapi kenapa mereka masih melakukan hal demikian, inipun terjadi
di zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya mengetahui tentang
halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau pun perbuatan yang salah dan
benar, tapi mereka masih saja melakukan perbuatan itu walaupun tahu itu adalah
salah.
Mari kita kembali lagi
menuju Mekah, ketika dinding ka’bah telah dibangun dalam batas ketinggian
tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap
ini, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa
bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini
kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda
lima hari. Masalah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di
antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin
Quraisy seraya berkata,â€Terimalah sebagai wasit
orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa.†(buku lain mencatat Bab
as-salam). Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu.
Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi
wasit!â€
Untuk menyelesaikan
pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau
meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian
meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu.
Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya
dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri
pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah.
Tuhan, Sang Maha Konsep
sudah membuat konsep tentang semua ini, tanda-tanda seorang bintang telah
banyak ia tampakkan pada diri Muhammad, dari batinnya yang mulia sampai pada
bentuk lahirnya yang indah. Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab suci
menjadi bukti yang tak terbantahkan, bahwa ia adalah manusia sempurna, dalam
wujud lahiriah (penampakan), maupun batinnya. Tidak setitik cela apalagi
kesalahan selama hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar telah mengonsepnya
menjadi manusia ‘ilahi’. Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat Mekah,
sebagai manusia mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum pengutusannya
menjadi Rosul, Muhammad selalu mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya
secara mendalam, terutama mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah
dalam segala wujud. Beliau selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit,
bumi dan isinya. Beliau selalu mengamati masyarakatnya yang rusak, dan hancur,
beliau mempunyai tugas untuk menghancurkan segala bentuk pemberhalaan. Apalah
kiranya yang membuat masyarakatnya seperti ini, ia mengembalikan semua ini
kepada Tuhan, yang menurutnya tak mungkin sama dengan manusia.
Gunung Hira, puncaknya dapat
dicapai kurang lebih setengah jam, gua ini adalah saksi atas peristiwa
menyangkut “sahabat karibâ€-nya (Muhammad), gua ini
menjadi saksi bisu tentang wahyu, dan seakan-akan ia ingin berkata,†disinilah dulu anak Hasyim
itu tinggal, yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi
Rosul, disinilah Al-Furqon pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah aku
telah mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian
menutup telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari
kalian hanya menjadikan aku sebagai museum sejarah.“kata saksi bisu.
III. Diangkat Menjadi
Rasul
Hira, tempat diturunkannya kalimat Tuhan Yang Maha Sakti, kalimat yang
membuat iblis berputus asa untuk menyesatkan manusia, kalimat yang dengannya
alam semesta berguncang. Al-Qur’an, susunan kalimatnya yang mengandung makna
yang banyak telah membuat tercengang manusia-manusia manapun di jagat raya,
yang mengakui kebenarannya, akan mengikutinya, sedangkan yang tidak mengakuinya
harus tunduk atas kebenarannya, dan bagi mereka yang menolak, dengan cara
apapun akan sia-sia, dan celaka. Jibril (Ruh Al-Qudus) diutus Tuhan semesta
Alam, Sang Pemilik Konsep, untuk menyampaikan kalimat-Nya secara
berangsur-angsur kepada Al-amin yang berada di Gunung Hira’. Al-Amin telah
mempersiapkan dirinya selama empat puluh tahun untuk memikul tugas yang maha
berat ini, Jibril datang kepadanya dengan membawa beberapa kalimat dari
Tuhannya. Ialah kalimat pertama yang dikemukakan dalam Al-qur’an sebagai
berikut
“Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling
Pemurah. Yang mengajari [manusia] dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinyaâ€.
Ayat ini dengan tegas menyatakan
tentang program Nabi, dan menyatakan dalam istilah-istilah jelas bahwa fondasi agamanya diberikan dengan
pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan penggunaan pena.
Muhammad,
pembawa berita bahagia, ancaman, dan perintah merupakan manusia teladan
sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang
kepadanya ummat manusia memohonkan syafa’at. Tidak satupun mahkluq yang
mencapai kesempurnaan yang dicapai Muhammad, sejak kecil ia telah
memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak pernah
berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada yang miskin.
Malaikat
Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad pun turun
dari Gua Hira menuju rumah “Khodijahâ€. Jiwa agung Nabi disinari cahaya
wahyu. Beliau merekam di hatinya apa yang didengarnya dari malaikat Jibril.
Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya,â€Wahai Muhammad! Engkau Rosul Allah
dan aku Jibrilâ€. Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara bertahap, secara
berangsur-angsur, fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah
adalah wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam
adalah ‘Ali.
Muhammad
mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya, selesai makan, beliau berpaling
kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan
memaklumkan keesaan-Nya. Lalu beliau berkata,†Sesungguhnya, pemandu suatu
kaum tak pernah berdusta kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada
sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada
Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia. Wahai kerabat saya!
Anda sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan
kembali dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga
Allah yang abadi (bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang
berbuat jahat). “Lalu beliau menambahkan, “Tak ada manusia yang pernah
membawa kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang saya bawakan untuk Anda. Saya
membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya memerintahkan
kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang
akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima
wasiat), dan khalifah (pengganti) saya?â€.
Ketika
pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. ‘Ali,
remaja berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya
berkata dengan mantap,†Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.†Nabi
menyuruhnya duduk. Nabi mengulang tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang
menyambut kecuali ‘Ali yang terus melontarkan jawaban yang sama. Beliau lalu
berpaling kepada kerabatnya seraya berkata,†Pemuda ini adalah saudara,
washi, dan khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti
dia".
Pemakluman khilafah (imamah) ‘Ali di hari-hari awal kenabian Muhammad
memperlihatkan bahwa dua kedudukan ini berkaitan satu sama lain. Ketika
Rosulullah diperkenalkan kepada masyarakat, khalifahnya juga ditunjuk dan
diperkenalkan pada hari itu juga. Ini dengan sendirinya menunjukkan bahwa
kenabian dan imamah merupakan dua hal yang tak terpisahkan.
Peristiwa diatas membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran ‘Ali.
Karena, dalam pertemuan di mana orang-orang tua dan berpengalaman tenggelam
dalam keraguan dan keheranan, ia menyatakan dukungan dan pengabdian dengan
keberanian sempurna dan mengungkapkan permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa
menempuh jalan politisi yang mengangkat diri sendiri. Kendati waktu itu ia yang
termuda diantara yang hadir, pergaulannya yang lama dengan Nabi telah
menyiapkan pikirannya untuk menerima kenyataan, sementara para sesepuh bangsa
ragu-ragu untuk menerimanya.
Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan
kepada kaum Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan
keuletan dalam berdakwah terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang
musrik yang terus menghardik dan mengejeknya. Banyak yang cara yang dilakukan
kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad, suatu saat Abu Tholib sedang duduk
bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang mendatangi rumah Abu Tholib
membuka pembicaraan dengan berkata,†Wahai Abu Tholib! Muhammad
mencerai-beraikan barisan kita dan menciptakan perselisihan diantara kita. Ia
merendahkan kita dan mencemooh kita dan berhala kita. Jika ia melakukan itu
karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan harta berlimpah
kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya sebagai
penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia sakit dan
membutuhkan pengobatan, kami akan membawakan tabib ahli untuk merawatnya…â€.
Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya berkata,“ Para sesepuh anda
datang untuk meminta Anda berhenti mengkritik berhala supaya mereka pun tidak
mengganggu Anda.†Nabi menjawab,†Saya tidak menginginkan apa
pun dari mereka. Bertentangan dengan empat tawaran itu, mereka harus menerima
satu kata dari saya, yang dengan itu mereka dapat memerintah bangsa Arab dan
menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut mereka.†Abu Jahal bangkit sambil
berkata, “ Kami siap sepuluh kali untuk mendengarnya.†Nabi menjawab,†Kalian harus mengakui
keesaan Tuhan.â€
Kata-kata tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin ditumpahkan ke ceret
panas. Mereka demikian heran, kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka
berkata,â€
Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan dan menyembah kepada satu Allah saja?â€
Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib dengan wajah dan mata
terbakar kemarahan. Mereka terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka.
Dalam ayat berikut, kejadian itu dikatakan,
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan
dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata,’Ini adalah seorang ahli
sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang
Satu saja ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.’
Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata], ‘Pergilah kamu dan
tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ini;
ini(mengesakan Allah) tidak lain kecuali dusta yang diada-adakan.â€
Banyak sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari
nabi menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Mu’ith
melihat Nabi bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan
serbannya dan menyeret beliau ke luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan
Nabi karena takut kepada Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi. Nabi menyadari dan
prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau mendapat dukungan dan
lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan – pria serta
beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini
terus-menerus , para pemimpin terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku
mereka sendiri yang memeluk Islam. Maka ketika para sahabatnya meminta
nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi menjawab, “Ke Etiopia akan lebih mantap.
Penguasanya kuat dan adil, dan tak ada orang yang ditindas di sana. Tanah
negeri itu baik dan bersih, dan Anda boleh tinggal di sana sampai Allah
menolong Anda.
Pasukan Syirik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan Muhammad, maka
mereka melakukan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka memfitnah Nabi,
Bersikeras menjuluki Nabi Gila, larangan mendengarkan Al-Qur’an, menghalangi
orang masuk Islam, sehingga Allah mengabadikan perkataan orang-orang keji ini
dan menunjukkan sesatnya perkataan mereka, dalam Al-Qur’an Allah berfirman
“Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang
sebelum mereka selain mengatakan,’ Ia adalah seorang tukang sihir atau orang
gila.’ Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu ?
Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.â€
Kaum Quraisy pun gagal melakukan
berbagai macam cara untuk menghalangi usaha Muhammad, dan menghalangi
orang-orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun melakukan Blokade
ekonomi yang membuat banyak kaum muslim, terutama kaum wanita dan anak-anak
kelaparan. Nabi dan para pengikutnya masuk ke Syi’ib Abu Tholib, yang diikuti
pendamping hidupnya, Khodijah, dengan membawa serta Fatimah AS. Orang-orang
Quraisy mengepung mereka di Syi’ib itu selama tiga tahun. Dan akhirnya
tahun-tahun blokade itu pun berakhir. Dan keluarlah sang bintang bersama keluarga
dan sahabatnya dari pengepungan. Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka,
dan Khodijah pun berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat
dan menderita, Beliau telah hidup dengan kehidupan yang menjadi teladan
Istimewa bagi kalangan kaum wanita. Ajal Khodijah sudah dekat. Allah telah
memilihnya untuk mendampingi Rosulullah Saww., dan dia telah berhasil
menunaikan tugas dengan baik. Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu juga.
Yakni, pada saat kaum Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun
kesepuluh sesudah Kenabian. Pada tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib)
meninggal dunia, yang sekaligus sebagai pelindung dakwa Muhammad. Sungguh Nabi
mengalami kesedihan yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan juga pamannya
yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan
‘Am Al-Huzn (Tahun Duka cita). Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya,
Fatimah, yang belum kenyang mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan
belaiannya, ikut pula menanggungnya. Kedukaan menyelimuti dan menindihnya di
tahun penuh kesedihan itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah dari orang
yang menjadi sumber cintanya dan kasih sayangnya. Acap kali dia bertanya kepada
ayahandanya,†Ayah, kemana Ibu?†Kalau sudah begini, tangisnya
pecah, air matanya meleleh, dan kesedihan menerpa hatinya. Rosul merasakan
betapa berat kesedihan yang ditanggung putrinya. Setelah wafatnya Abu Tholib
kaum Kafir Quraisy semakin berani menganggu Muhammad, akhirnya Muhammad
berhijrah ke Yastrib, peristiwa hijrahnya Nabi ke Yastrib, merupakan momen awal
dari lahirnya negara Islam. Penduduk Yastrib bersedia memikul tanggung jawab
bagi keselamatan Nabi. Di bulan Robi’ul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi
terjadi, tak ada seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi,
‘Ali dan Abu Bakar, dan segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena
sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan untuk
membunuh Muhammad di malam hari, dan masing-masing suku mempunyai wakil,
sehingga Bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian Muhammad.
Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira Muhammad dapat dihancurkan hanya
dengan cara seperti ini, seperti urusan duniawi mereka. Jibril datang memberitahu
Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Qur’an merujuk pada kejadian
itu dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya
upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau
mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu.
Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam
menggantikan Nabi, sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang
anak muda yang begitu berani mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang
bersama Khodijah adalah orang yang pertama-tama beriman kepada Nabi, dialah
orang yang rela berkorban untuk Nabi, Ali, sekali lagi ‘Ali. Kepadanya Nabi
berkata,â€Tidurlah
di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh Anda dengan selimut hijau yang biasa
saya gunakan, karena musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus
berhijrah ke Yastrib. ‘Ali menempati ranjang Nabi sejak sore. Ketika tiga
perempat malam lewat, empat puluh orang mengepung rumah nabi dan mengintipnya
melalui celah. Mereka melihat keadaan rumah seperti biasanya, dan menyangka
bahwa orang yang sedang tidur di kamar itu adalah Nabi.
IV. Hijrah
Kini tiba fajar. Semangat dan gairah besar tampak di kalangan musyrik
itu. Mereka begitu yakin akan segera berhasil. Dengan pedang terhunus mereka
memasuki kamar Nabi, yang menimbulkan suara gaduh. Serentak ‘Ali mengangkat
kepalanya dari bantal dan menyingkirkan selimutnya lalu berkata dengan sangat
tenag,â€Apa yang
terjadi ?†Mereka
menjawab,â€Kami
mencari Muhammad. Di mana dia?†’Ali berkata,†Apakah anda menitipkannya
kepada saya sehingga saya harus menyerahkannya kembali kepada Anda?
Bagaimanapun, sekarang ia tak ada di rumah.†Muhammad telah pergi jauh
di luar pengetahuan mereka.
Nabi, tiba di Quba tanggal 12 Rabi’ul Awwal, dan tinggal di rumah Ummu
Kultsum ibn al-Hadam. Sejumlah Muhajirin dan Ansor sedang menunggu kedatangan
Nabi. Beliau tinggal di situ sampai akhir pekan. Sebagian orang mendesak agar
beliau segera berangkat ke Madinah, tetapi beliau menunggu kedatangan ‘Ali.
Orang Quraisy mengetahui hijrahnya ‘Ali dan rombongannya – diantaranya
ialah Fatimah, puteri Nabi, Fatimah binti ‘Asad dan Fatimah binti Hamzah bin
Abdul Mutholib – karena itu, mereka memburunya dan berhadap-hadapan dengan
dia di daerah Zajnan. Perselisihan pun terjadi dan ‘Ali berkata
“Barangsiapa menghendaki tubuhnya terpotong-potong dan darahnya tumpah,
majulah! Tanda marah nampak di wajahnya. Orang-orang Quraisy yang merasa bahwa
masalah telah menjadi serius, mengambil sikap damai dan berbalik pulang.†Ketika ‘Ali tiba di Quba,
kakinya berdarah, dikarenakan menempuh perjalanan Makah Madinah dengan berjalan
kaki. Nabi dikabari bahwa, ‘Ali telah tiba tapi tak mampu menghadap beliau.
Segera nabi ke tempat ‘Ali lalu merangkulnya. Ketika melihat kaki ‘Ali
membengkak, air mata Nabi menetes".
Penduduk Yastrib – yang kemudian berganti menjadi nama Madinah -
menyambut kedatangan Nabi. Mereka mengucapkan berbagai macam syair untuk
menyambut manusia mulia ini. Disinilah manifestasi sebuah negara Islam pertama
kali didirikan. Muhammad menyusun kekuatannya di Madinah bersama keluarga dan
sahabat setianya yang rela meninggalkan tanah air dan hartanya untuk Tuhannya,
islam yang muda ini menyusun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum Quraisy
yang setiap saat siap untuk menghancurkan Islam yang dibangun ini, perang demi
perang mulai dari Badar, Uhud, Khandaq, yang disetiap perang tampillah Al-Washi
Muhammad yang selalu menjadi pemberi moral kepada pasukan untuk menghancurkan
kafir Quraisy dengan Iman yang membara. Pada perang Badar ‘al-washi (‘Ali)
dan Hamzah tampil menghadapi pemberani kafir Quraisy, dalam sepucuk suratnya
kepada Muawiyah, ‘Ali mengingatkannya dalam kata-kata ‘Pedang saya yang
saya gunakan untuk membereskan kakek anda dari pihak ibu (Utbah, ayah dari
Hindun Ibu Muawiyah), paman anda dari pihak Ibu (Walid bin Uthbah) dan saudara
Anda (Hanzalah) masih ada pada saya. Pada perang Uhud Nabi dan lagi-lagi Hamzah
dan ‘Ali tidak pernah Absen, ‘Ali adalah pembawa panji dalam setiap
peperangan. Nabi mengungkapkan nilai pukulan ‘Ali pada perang Khandaq (parit)
– disebut juga dengan Ahzab – kepada ‘Amar bin ‘Abdiwad itu,†Nilai pengorbanan itu
melebihi segala perbuatan baik para pengikutku, karena sebagai akibat kekalahan
jagoan kafir terbesar itu kaum Muslim menjadi terhormat dan kaum kafir menjadi
aib dan terhina".
V. Benteng Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat kaum
muslim mengendur dan merasa tidak mampu untuk menghancurkan benteng Khaibar,
orang-orang menunggu dengan gelisah dan ketakutan, karena sebelumnya Abu Bakar
dan Umar tidak ada yang mampu menghancurkan benteng, bahkan ‘Umar memuji
keberanian pemimpin benteng, Marhab,yang luar biasa yang membuat Nabi dan para
komandan Islam kecewa atas pernyataan ‘Umar ini.
Kebisuan orang-orang sedang menunggu dengan gelisah dipecahkan oleh
kata-kata Nabi,†Dimanakah ‘Ali? “ Dikabarkan kepada beliau bahwa ‘Ali menderita
sakit mata dan sedang beristirahat di suatu pojok. Nabi bersabda,†Panggil dia.†‘Ali diangkut dengan unta
dan diturunkan di depan kemah Nabi.†Pernyataan ini menunjukkan
sakit matanya demikian serius sampai tak mampu berjalan. Nabi menggosokkan
tangannya ke mata ‘Ali seraya mendoakannya. Mata ‘Ali langsung sembuh dan
tak pernah sakit lagi sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan ‘Ali maju,
menurut riwayat pintu benteng Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60
inci, dan lebarnya 30 inci. Mengutip kisah pencabutan pintu benteng Khaibar itu
dari ‘Ali melalui jalur khusus,†Saya mencabut pintu Khaibar
dan menggunakannya sebagai perisai. Seusai pertempuran, saya menggunakannya
sebagai jembatan pada parit yang digali kaum Yahudi.†Seseorang bertanya
kepadanya,†Apakah
Anda merasakan beratnya?†‘Ali menjawab,†Saya merasakannya sama
berat dengan perisai saya.†Masih banyak lagi
peristiwa-peristiwa lain selain peperangan untuk melawan kebejatan kaum kafir
Quraisy, banyak juga peristiwa yang menggembirakan, misalnya peristiwa
pernikahan al-Washi dan Fatimah, putri Nabi, perubahan kiblat dari Bait
al-Maqdis ke Ka’bah di Makah. Selain serangan dari luar Kota Madinah, kaum
Yahudi yang berada di dalam kota selalu mencoba melakukan rongrongan terhadap
pemerintahan Islam yang masih muda ini, namun Sang Maha Konsep telah menentukan
Drama yang berbeda, walaupun mereka mencoba memadamkan nur cahaya-Nya, namun Ia terus menerangi Nur Cahaya-Nya, walaupun
orang-orang kafir itu benci.
VI. Fath Makkah
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang
Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan
pasukan besar yang belum pernah disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika
pasukan telah lengkap dan siap bergerak, Nabi pun menyampaikan bahwa sasarannya
adalah Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi kawanan burung menuju arah
selatan. Nabi memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk
membagi diri, dan menyalakan api unggun di malam hari agar pasukan musuh
melihat betapa besar pasukan musuh tersebut.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di punggung Mekah,
kaum muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan
cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari empat penjuru.
Makkah... Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya Mekah membisu dan
tidak lagi menyerukan teriakan Fir’aun-fir’aun, digantikan hiruk pikuk suara
10.000 prajurit Muslim yang menggema yang seakan-akan sedang menunggu
kedatangan sahabatnya
Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam perutnya dalam
keadaan terusir yang kini telah berdiri tegap dengan gagah dan dikelilingi
puluhan ribu pengikut dan pembelanya.
Nabi memasuki Mekah dan bertawaf, menghancurkan berhala-berhala bersama
al-Washi, tidak ada darah yang tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di
Makkah menunggu bibir Muhammad berucap tentang mereka, apakah yang akan terjadi
pada mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia
memberikan kepada mereka yang telah memeranginya pengampunan dan beliau berkata
“... Pergilah, Anda semua adalah orang-orang yang dibebaskan!â€
Kini, di Shafa, laki-laki yang telah membuat sejarah itu telah kembali,
berdiri di depan kehidupannya yang sarat dengan berbagai peristiwa dan yang
ditangannya tergenggam masa depan yang gemilang. Selama dua puluh tahun
penggembalaannya tak pernah henti, ia tak pernah merasakan letih, kesabarannya begitu
tinggi, tak pernah menyerah. Orang –orang Quraisy berdesak-desakkan di bukit
Shafa untuk memberikan Ba’iat.
Setelah penaklukan Mekah masih ada beberapa peperangan besar berlanjut
– semasa hidup Nabi - yaitu Hunain, Tabuk. Al-Washi tampil dengan gagah
perkasa dalam peperangan ini, sesudah membuat kocar-kacir musuh, al-washi
segera menghambur untuk bergabung dengan Nabi, ia memutari Nabi, dan menghambur
membabat musuh untuk melindungi Nabi, dan pada kali yang lain menemui prajurit
musuh yang lari dan menghadang kejaran musuh. Sesudah itu kembali memutari
Nabi. Nabi memanggil sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai “ Ayyuhan Nas,
mau kemana kalian ?†Wahai orang-orang yang ikut bai’at al-Ridwan! Wahai, orang-orang yang
kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah! Wahai orang-orang yang berbaiat di bawah
pohon...! orang-orang Madinah yang gagah berani segera sadar akan diri mereka!
Dan ingat bahwa hingga saat ini mereka adalah tulang punggung Nabi. Kini Nabi
memanggil mereka di tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya adalah
kaum kerabatnya. Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut panggilannya
dengan, “Labbaik, Labbaik... Kami datang, kami datang...!â€
Pasukan Islam kembali memenangkan pertempuran, peran individual Muhammad
dalam menyampaikan risalah agungnya telah selesai, dan kini – tidak bisa –
tidak di harus melihat pasukannya, untuk kesekian kalinya, mengingat dan
mengenang kembali pelajaran yang telah diberikannya selama dua puluh tiga
tahun, agar di bisa mengevaluasidan menelitinya kembali.
VII. Haji Wada
Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Nabi dan
kaum Muslimin tanpa ada seorang musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama
kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya,
menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan .. sekaligus inilah haji
terakhir yang dilakukan oleh Nabi. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal
25 Dzulqa’idah , Nabi disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi
Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak...
seluruh padang terisi gema suara mereka yang mengucapkan,â€Labbaik, Allahumma labaik...
Labbaik, la syarika laka, ! Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang
memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu...Labbaik, aku datang
memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya
bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu... Labbaik, aku datang memenuhi
panggilan-Mu...†Langit, hingga hari itu, belum pernah menyaksikan pemandangan di muka
bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari 100.000 orang, laki-laki dan
perempuan – dibawah sengatan Matahari yang amat terik dan di padang pasir
yang sebelumnya tak pernah dikenal orang – bergerak menuju satu arah. Medan
ini merupakan lukisan paling indah dari satu warna yang menghiasi kehidupan
manusia. Dan sejarah, adalah kakek tua yang terbelenggu dalam pengabdian
terhadap kepentingan-kepentingan. Ia adalah tukang cerita yang membacakan
hikayat-hikayat Fir’aun, Kisra dan Kaisar. Sejarah sekali melihat Muhammad
dan orang-orang yang bergerak bersamanya dengan heran! Aneh sekali. Pasukan apa
ini? Komandan berjalan kaki kelelahan, dan pengikut-pengikutnya pun demikian
pula. Nabi memang berjalan kaki bersama umatnya. Sejarah memang mendengar bahwa
“penguasa†itu
berada di tengah-tengah pasukan itu, tapi ketika dicari-carinya, dia tak bisa
menemukannya. Rombongan itu masuk Mekah 4 Dzulhijjah, disitu telah berkumpul
Allah, Ibrahim, Ka’bah dan Muhammad. Dia juga ingin memperlihatkan kepada
Ibrahim, bahwa karya besarnya, kita sudah diantarkan kepada Maksud.
Matahari tepat di tengah siang hari itu. Seakan-akan ia menumpahkan
seluruh cahayannya yang memakar ke atas kepala semua orang. Nabi berdiri di
depan lebih dari 100.000 orang. Laki-laki dan perempuan yang mengelilinginya.
Nabi memulai pidatonya, Rosulullah berkata,â€Tahukah kalian, bulan apa
ini ?â€
Mereka serentak menjawab,â€Bulan Haram!†.....
...â€Ayyuhan
Nas, camkan
baik-baik perkataanku. Sebab, aku tidak tahu, mungkin aku tidak lagi akan bertemu
dengan kalian sesudah tahun ini, di tempat ini, untuk selama-lamanya... Ayyuhan
Nas, sesungguhnya darah dan hartamu adalah haram bagimu hingga kalian
menemui Tuhanmu sebagaimana diharamkannya hari dan bulanmu ini. Sesudah itu,
kamu sekalian akan menemui Tuhanmu dan ditanya tentang amal-amalmu. Sungguh,
aku telah sampaikan hal ini. Maka, barangsiapa yang masih mempunyai amanat,
hendaknya segera disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya.....â€
Akar-akar syirik telah dihapuskan dari Mekah, dan Mekah menjadi sebuah
kota suci bagi kaum muslim, tempat berkumpulnya muslimin dari seluruh penjuru
dunia, dengan menggunakan pakaian yang sama, menuju Tuhannya, tidak ada
perbedaan, baik kaya, miskin, raja, rakyat, semuanya sama dihadapan Tuhan, yang
membedakannya adalah takwa.
Muhammad telah melaksanakan tugasnya, dan sekarang beliau berada di
pembaringan, Nabi membuka mata seraya berkata kepada putrinya dengan suara
pelan “Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rosul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rosul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan
berbalik ke belakang? Barangsiapa berpaling ke belakang, maka tidak akan
mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukurâ€.[Petikan dari laman. fatimah.org]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar