Selasa, 27 November 2012

Teori Evolusi



TEORI EVOLUSI

Teori evolusi berawal dari sebuah pertanyaan besar yang telah menganggu pikiran manusia dari dahulu, yaitu “DARI MANA ASAL MANUSIA?”. Banyak pandangan lahir, namun Teori Evolusilah yang paling mengemparkan. Teori Evolusi secara kasar digambarkan sebagai teori yang mengatakan bahwa manusia berasal dari binatang, jelasnya dari kera.
Pengertian
Evolusi dari segi bahasa (Bahasa Inggris: evolution), berarti perkembangan. Dalam ilmu sejarah, evolusi diartikan sebagai perkembangan social, ekonomis, politis yang berjalan sedikit demi sedikit, tanpa unsur paksaan. Dalam ilmu pengetahuan, istilah evolusi diartikan sebagai perkembangan berangsur-angsur dari benda yang sederhana menuju benda yang lebih sempurna.
Evolusi pada dasarnya berarti proses perubahan dalam jangka waktu tertentu. Dalam konteks biologi modern, evolusi berarti perubahan frekuensi gen dalam suatu populasi. Akumulasi perubahan gen ini menyebabkan terjadinya perubahan pada makhluk hidup.
Tokoh-Tokoh Teori Evolusi Awal
  • J. B. de Lamarck (1774-1829)
Lamarck adalah seorang sarjana Perancis, merupakan orang pertama yang secara tegas menyatakan bahwa kehidupan berkembang dari tumbuh-tumbuhan menuju binatang, dan dari binatang menuju manusia. Namun, pandangannya pada waktu itu belum mendapat banyak perhatian.
  • Charles Darwin (1809-1882)
Darwin adalah ahli zoology yang berasal dari Inggris. Dalam bukunya “The Origin of Species)” (Terjadinya Jenis-Jenis), yang terbit tahun 1859, ia merumuskan pandangan bahwa: semua jenis binatang berasal dari satu sel purba. Sel-sel purba ini menurut Darwin diciptakan oleh Tuhan.
Tahun 1871, terbit buku kedua Darwin, “The Descent of Man” (Asal Usul Manusia). Dalam buku ini, ia mengatakan: binatang yang paling maju, yaitu kera, dengan proses struggle of life, sedikit demi sedikit berubah, dan dalam jenisnya yang paling sempurna, mengarah menuju wujud kemanusiaan. Binatang menjadi manusia. Pandangan ini diperkuat dengan ditemukannya tengkorak Manusia Neanderthal tahun 1856 di Lembah dekat Dusseldorf, Jerman Barat. Manusia Neanderthal menyerupai kera dan manusia.
  • Ernst Heirich Haeckel (1834-1919)
Haeckel adalah sarjana ilmu pengetahuan berkebangsaan Jerman. Ia menolak penciptaan sama sekali. Menurutnya, dunia ini kekal, tak ada permulaan, dan hidup tercipta dengan sendirinya secara mekanis. Demikian juga halnya dengan manusia.
Haeckel dalam bukunya “Naturliche Schopfungsgeschichte” (Sejarah Penciptaan) mengatakan, bahwa sebelum manusia Neanderthal tentu pernah hidup semacam “keramanusia” yang disebutnya “Pithecanthropus”. Namun sampai waktu fossil semacam keramanusia itu belum ditemukan.
Atas pengaruh Haeckel timbullah kebiasaan untuk menyamaratakan manusia dengan kera, melalui ungkapan “manusia berasal dari kera”. Haeckel yang sikapnya atheis membuka lebar jalan bagi penganut teori evolusi yang menentang Tuhan terutama Marxisme dan Komunisme.
Perkembangan Teori Evolusi Biologis (Aspek Lahiriah)
Secara garis besar bukti biologis/fisically yang membuktikan teori evolusi ada 3, yaitu:
1. Penemuan fosil-fosil dari zaman purba
Fosil adalah kerangka atau bagian kerangka baik dari hewan, tumbuh-tumbuhan, atau manusia, yang pernah hidup di zaman purbakala. Menurut fosil, manusia purba dapat di golongkan atas:
a. Manusia pra-Neanderthal (antara 600.000-150.000 tahun yang lalu)
Dari hasil penemuan-penemuan pada zaman ini, Klaatsch ,menyimpulkan bahwa manusia tidak berasal langsung dari kera primat (kera modern), tapi dari semacam makhluk turunan dari species kera umum, yang merupakan pendahulu baik dari kera-kera modern maupun dari manusia.
b. Manusia Neanderthal (hidup 150.000-60.000 tahun yang lalu)
Kebudayaan Manusia Neanderthal tampak jelas yaitu dengan ditemukannya alat-alat kerja dari batu dan tulang dan juga tempat kuburan serta tempat makanan. Sehingga kemanusiaan manusia Neanderthal tidak dapat diragukan lagi. Kesadaran untuk beragama telah mulai membenih dalam dirinya.
c. Manusia Post-Neanderthal (60.000-10.000 tahun yang lalu)
Manusia pada zaman ini dizamakan Homo sapiens. Mereka tidak hanya mengenal alat-alat kerja yang halus, lebih dari itu, mereka telah menguburkan yang mati, memiliki kemampuan untuk merenungkan hidupnya sendiri dan seluruh alam. Ia menjadi pelukis, manjadi seniman.
2. Keajaiban Atom
Tidaklah benar benda-benda itu statis, mati. Kenyataannya adalah benda itu sanggup berubah dari intinya (atom), tidak sekedar berubah secara fisik saja. Terjadi perubahan dalam inti atom dan kefleksibelannya dalam menyatukan diri dengan atom lain. Susunan dari bagian-bagian elementer (proton, neutron, electron) sangat berbeda dengan variasi yang tak terbatas, apalagi peralihannya. Hal dapat ditafsirkan sebagai cermin dari perubahan-perubahan yan berlangsung dalam bidang yang lebih tinggi, yaitu dalam alam tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Inti pendorong evolusi adalah enersi. Para ahli tidak bisa memastikan apakah bentuk enersi itu berupa materi, karena bagian elementer atom sama sekali tidak dapat dilihat, tidak dapat dibayangkan atau digambarkan.
3. Satu Sel Menjadi Bayi
Perkembangan yang dialami oleh anak bayi dalam kandungan wanita adalah suatu kejadian yang paling mengesankan bagi teori evolusi. Kejadian itu disebut “ontogenese”. Dengan istilah itu dimaksudkan: perkembangan yang dialami dari satu sel menuju wujud kemanusiaan. Ontogenese menunjukkan betapa hebat kekuatan alam mengembangkan sesuatu yang serba sederhana menjadi sempurna.
Selain tiga bukti ini, masih ada bukti-bukti fosil-fosil binatang dan tumbuhan, perkembangan bintang-bintang yang dasyat sebagaimana dapat disaksikan oleh astronomi untuk menguatkan teori evolusi.
Kesadaran (Aspek Batin)
Jika Darwin tokoh vital teori evolusi awal, di zaman modern ini, Teilhard de Chardin, sarjana paleontology dari Perancis, yang sangat popular dalam teori evolusi. Menurut Teilhard bumi mengalami 3 fase evolusi:
Fase Geosfer: fase terciptanya matahari dan planet-planet (termasuk bumi). Pada fase ini belum ada kehidupan, namun perubahan alam berjalan terus.
Fase Kehidupan (biosfer): bermula dari sel-sel, sampai pada tingkat perkembangan tertinggi. Loncatan evolusi terpenting adalah munculnya manusia.
Fase pikiran: manusia berkembang dari pola kehidupan primitif sampai pada kehidupan modern yang ditandai teknik dan industri modern.
Teilhard mengatakan, setiap benda memiliki dua segi yang saling berjalin, yaitu segi luar (without): seluruh struktur benda sejauh dapat diukur, diperiksa secara fisika-kimia, dan segi dalam (within): konsentrasi psikis-inti kecendrungan dari benda.
Oleh Teilhard, konsentrasi psikis itu disebut “kesadaran”. Kesadaran nampak jelas dalam diri manusia, namun ada juga dalam binatang sebagai perasaan dan insting, dan dalam tumbuh-tumbuhan sebgai hidup vegetatif. Sedangkan dalam benda mati “kesadaran” itu masih tipis.
Segi luar dan segi dalam tidaklah merupakan dua bagian yang berlainan dalam suatu benda, melainkan dua sudut dari kenyataan yang sama, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Jadi benda bukanlah semacam kumpulan atom-atom yang berjajaran secara mekanis saja, melainkan suatu penyatuan atom-atom dan molekul-molekul dengan daya kecendrungan tertentu. Kecendrungan itu, “kesadaran” itu, adalah kunci evolusi.
Dalam benda mati, kombinasi atom dan molekul masih relatif sederhana dan sejalan dengan kesederhanaan segi luar itu, konsentrasi psikis, segi dalamnya-pun masih sederhana dan tipis. Makin kompleks, makin kaya segi lahir, yakni kombinasi molekul-molekulnya, makin padat dan kuatlah segi batinnya. Evolusi menuju struktur benda yang semakin sempurna adalah sekaligus evolusi menuju kesadaran batin yang semakin memusat. Sampai suatu saat, terjadilah loncatan maha penting dalam proses evolusi alam semesta, yaitu: meningkatnya kesadaran instinktif menjadi kesadaran reflektif, lahirnya pikiran. Terjadilah jiwa manusiawi. Manusia sadar bahwa dirinya “sadar”, dapat berkata “aku”, dapat memikirkan masa lampau dan masa depan, mengambil kesimpulan, dan merencanakan. Ia sendiri kini menjadi pendorong evolusi.
Makin kompleks, makin bersatulah benda – itulah hukum evolusi–, yang disebut oleh Teilhard “loi de complexite et de conscience” (hukum eratnya hubungan antara kompleksifikasi materi dan konsentrasi batin, yaitu kesadaran). Dan bisa ditambahkan bahwa; makin bersatu, makin bebas dari pengaruh luar, makin merdekalah ia dalam dirinya sendiri. Kebebasan mencapai puncaknya dalam diri manusia. Ia merupakan satu personality, kepribadian yang menyeluruh dalam dirinya sendiri. Ia bebas menentukan nasibnya sendiri.
Penjelasan dari Teilhard merupakan pukulan yang mematikan bagi materialisme. Ia menunjukan bahwa evolusi tidak berjalan atas susunan materi belaka, tidak berkembang dari kebetulan, tetapi secara terarah, berdasarkan kesadaran batin, seakan-akan dalam benda itu tertanam suatu rencana.
Persatuan mutlak antara segi lahir dan batin (tubuh dan jiwa) membawa kesimpulan-kesimpulan yang revolusioner. Pertama, manusia, seluruhnya jiwa dan badan berasal dari bapak ibu, dari leluhur. Jadi bukanlah bahwa anak bayi tubuhnya berasal dari sel telur perempuan dan sperma lelaki, sedang jiwanya pada pembuahan langsung diciptakan Tuhan. Tetapi, bapak ibu secara total, jiwa dan badan, menurunkan anak. Kedua: jika manusia meninggal, tubuh tidak akan mutlak terpisah dari jiwa, dan itu merupakan dasar dari kebangkitan.
Penutup
Teori evolusi bukan lagi teori evolusi dari Darwin. Darwin sudah jauh ketinggalan. Meskipun ia tetap berjasa, namun teorinya sudah demikian mendapat koreksi, hingga teori evolusi tidak dapat disebut dan disamaratakan dengan Darwinisme.
Selama ribuan tahun manusia berevolusi dalam kesadaran. Manusia telah mencapai tingkat kompleksitas yang tinggi, baik dalam pemikiran, perasaan maupun kegiatan-kegiatan hidupnya. Lebih-lebih dalam 300 tahun terakhir, telah terjadi peningkatan yang luar biasa di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kemampuan-kemampuan intelektuil yang lain.
Sesungguhnya titik terpenting teori evolusi bagi kehidupan manusia hari ini adalah penelaahan terhadap langkah-langkah perkembangan kebudayaan manusia. Sehingga kita akan memikirkan lagi asal usul seluruh kegiatan dan tujuan-tujuan dasar dari kegiatan tersebut. Di bidang ekonomi misalnya, dimana saat ini yang menguasai kegiatan ekonomi adalah kapitalistik dan penciptaan kebutuhan yang tidak perlu, banyak menyimpang dasarnya. Seni, terdistorsi dari pengungkapan perasaan kepada selera dangkal seperti pornografi. Sehingga, dengan pemahaman akan landasan kehidupan, manusia bisa merencanakan merintis kemajuan-kemajuan sejati di masa mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar